Escape To The Highlands (Gempa Padang Eps.3)
Jumat siang itu cuaca cukup panas, motor Honda yang kami kendarai ini saya gas cukup kencang karena jalanan sepanjang Tabing ke arah Duku lengang dan tidak sepadat biasanya. Pas di dekat Pom Bensin Lubuk Buaya kami terjebak macet karena antrian mobil yang mengisi BBM disana meluber hampir menutupi jalan. Lepas dari kemacetan itu, balok pada panel bensin motor saya hilang satu, pertanda saya harus waspada dengan kemungkinan bensin motor habis sebelum mencapai finish di Birugo Puhun Bukittinggi. Kami melewati batas kota dan melintasi bagian bawah fly over Duku - Bandara Minangkabau di wilayah Kabupaten Padang Pariaman ini sepanjang jalan menuju Lubuk Alung yang biasanya di kanan kiri terlihat rumah-rumah dengan halaman yang luas dan ditanami pohon kelapa berubah drastis karena rumah-rumah tersebut rubuh dan di halamannya berdiri tenda darurat dari terpal yang diikat pada pokok batang pohon kelapa. Di beberapa ruas jembatan yang biasa kami lewati kini retak-retak dan bolong di sisi tepinya. Ilham yang histeris melihat pemandangan ini saya suruh istighfar dan jangan melihat kanan kiri. Di daerah Sicincin kembali terjadi antrian panjang yang saya yakini akibat antrian Pom Bensin di daerah ini. Lepas dari kemacetan panjang dan panasnya udara tepi pantai kemudian perlahan berubah ke iklim yang mulai berkurang panasnya karena kami sudah memasuki Kayu Tanam. Di Pom Bensin terakhir sebelum memasuki Lembah Anai ini saya harus menerima kenyataan pahit karena di sini bensin premium habis sementara panel bensin motor tinggal tiga balok lagi.
Jalanan cukup sepi di tanjakan Kandang Ampek karena menurut prakiraan saya pastinya arus pengungsi bergerak satu arah yakni menjauhi Padang sementara pada arah sebaliknya adalah arus bantuan bagi korban gempa. Dan memang benar di Lembah Anai antrian panjang kendaraan beroda empat sudah mengantri dan mengular hingga sebelum tugu perbatasan Kab. Padang Pariaman – Kab. Tanah Datar di simpang perkedel. Karena lajur arah berlawanan kosong melompong maka saya pun dengan senangnya memotong antrian panjang ratusan mobil yang menunggu di tengah macet hingga akhirnya sampailah di tempat pusat kemacetan yakni di tepi batu cadas yang longsor dekat tanjakan Silaing Kariang yang baru saja dibersihkan petugas PU dan dikawal polisi. Ujung dari simpul kemacetan ini adalah ratusan pengendara motor yang berusaha mencapai celah untuk melewati longsoran yang baru dibersihkan dan polisi memberlakukan sistem buka tutup untuk mengurangi kemacetan. Panel balok bensin motor tinggal duadan saya pun pasrah pada Allah dan memohon yang terbaik bagi kami di tengah perjalanan ini. Alhamdulillah kami diberi jalan dan langsung saya menggeber gas motor untuk menjauh dari bekas longsoran di belakang. Dengan memakai gigi satu, kami pun pun berjalan menanjak karena diatas kami Kota Padang Panjang menunggu.
Di antara Gunung Marapi dan Gunung Singgalang, persisnya di tengah Kota Padang Panjang yang sejuk ini pun Pom Bensinnya tutup begitu juga Sate Mak Syukur yang biasanya ramai dipenuhi kendaraan (?). Akhirnya dengan menempuh konsekuensi kehabisan bensin sebelum Bukittinggi kami tekadkan niat melaju mengingat jarak kedua kota yang cukup dekat. Di perbatasan Kab. Agam – Kab. Tanah Datar saya teriakkan takbir tanda syukur karena Bukittinggi telah tampak di depan mata. Jalanan yang lurus, mulus dan sepi akibat penumpukan kendaraan yang terjebak macet nun jauh dibelakang kami membuat kami serasa raja jalanan karena berteriak senang mengingat garis finish yang makin dekat dan akhirnya selepas ashar kira-kira jam lima kami pun sampai di Birugo Puhun. Oma dan tante rini menyambut kami hangat dan segera Ilham menelepon mama yang khawatir dengan aksi kami menyelamatkan diri dari Padang ke Bukittinggi yang berakhir sukses. Malamnya saya pergi mengisi bensin di Pom Bensin Simpang Yarsi Bukittinggi, uniknya di kota ini BBM masih lancar tiada antrian seperti didaerah yang telah kami lewati tadi. Dua hari kemudian saya, ilham dan ali (teman ilham) yang baru datang dari padang naik tranex yang ikut terjebak macet di lembah anai berangkat ke terminal aur kuning melanjutkan perjalanan kami pulang ke kampung halaman ke Pekanbaru untuk sementara waktu menunggu situasi Padang kembali normal.
You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "
3 comments:
ada apa di Padang, Ki?
waduh,, bacanya dari bawah dulu rif.
salam kenal... saya nyampe dsini karena penasaran sama komen di post saya ttg sinopsis animasi berlatar pekanbaru... yang bikin saya jadi baca semua postnya dan semakin lama semakin ngerasa familiar...
ternyata selain 1 kota asal pekanbaru, sama2 kuliah di unand (saya Teknik Mesin '99), satu kampung bukittinggi (bahkan 1 jalan, sama2 birugo puhun)...
pertanyaannya: kok selama ini ndak pernah kenal??
Post a Comment